TAHUKAH ANDA ??

Tahukah anda, masalah khilafiyah adalah masalah dlm hukum fiqh yang para ulama masih berbeda pendapat tentangnya. Perbedaan ini kadang meruncing hingga menghukum sesuatunya dgn halal dan haram. Karena perbedaan itulah letak keindahan islam. Dimana islam adalah agama yang paling lengkap mengatur segala sendi kehidupan umatnya berdasar Al Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Jadi wajar lah bila terjadi perbedaan mensikapi suatu tauladan dari Rasulullah yang hidup 1400 tahun yg lampau. Karenanya diperlukan kearifan dalam mensikapi suatu perbedaan agar terhindar dari saling caci antar sesama umat nabi Muhammad. Dan diperlukan pula pengetahuan kita lebih mendalam terhadap suatu masalah agar terhindar dari taqlid buta pada satu paham tertentu.

1. Tahukah anda?? Saat Rasulullah SAW tinggal di madinah kebiasaan orang orang kaya termasuk orang kaya yahudi madinah adalah memanjangkan celana/sarungnya hingga melewati mata kaki. Saat itu kain adalah barang yang mahal. Rasulullah SAW sangat membenci orang2 yang memanjangkan kainnya itu dengan maksud menyombongkan dirinya. Beberapa hadist meriwayatkan ketidak sukaan rasul terhadap orang yang memanjangkan kainnya hingga melebihi mata kaki salah satunya hadist riwayat Abu Dawud, an-Nasa’i, dan at-Tirmidzi dari haditsnya Jabir bin Salim "Perhatikanlah, sesungguhnya memanjangkan kain melebihi mata kaki itu termasuk kesombongan. Sedangkan Allah SWT tidak menyukai kesombongan.”

Karena hadist ini, banyak perbedaan pendapat mengenai hukum memanjangkan celana atau isbal ini. Hukum ini masuk wilayah khilafiyah yg para ulama berbeda pendapat tentangnya. Bila kini ada pertanyaan apakah dizaman sekarang celana panjang masih bisa digunakan untuk menyombongkan diri? jawabannya adalaha Wallahu alam bissawab..

2. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda dari berbagai riwayat termasuk dari Abu Hurairah ra. : "apabila salah seorang diantara kalian sujud (dalam sholat), maka janganlah kalian turun seperti seperti turunnya onta untuk duduk". Para ulama berbeda pendapat apakah saat turun untuk sujud mendahulukan tangan sebelum lutut ataukah mendahulukan lutut mencapai tanah sebelum tangan.

Mazhab Maliki dan para ulama hadist mengatakan bahwa dalam bersujud disunnahkan untuk meletakkan tangan di lantai sebelum kedua lutut.Sedang mazhab Syafi'i dan Hanafi dan mayoritas ulama mengatakan, dalam sujud mendahulukan lutut sebelum tangan. Adakah diantara anda yang mengkonfirmasi/menanyakan langsung kepada sang unta, saat dia turun ketanah mendahulukan lutut atau tangannya??
Wallahu alam bissawab


3. Rasulullah melarang kaum muslimin beradab dan bertingkah laku seperti yahudi atau nasrani “Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka,”. Kebiasaan yahudi saat itu adalah bila ingin beribadah melepas sandalnya. Rasul pernah memerintahkan kaum muslimin shalat menggunakan sandal agar tidak menyamai orang yahudi. Bila sandalnya kotor rasul bersabda "Bila seorang dari kalian menginjak kotoran dgn sandal maka debu menjadikannya suci". Rasul sendiri dalam berbagai riwayat, dalam shalatnya kadang menggunakan sandalnya kadang pula melepasnya.

Bila saat ini kaum yahudi dan nasrani masuk gereja menggunakan sepatu, wajarlah bila kita melepas sandal kedalam masjid dari pada harus diusir pak marbot masjid..??

4. Dizaman rasulullah kebiasaan jahiliyah saat kerabatnya meninggal adalah menangis meraung, meratapi kepergiannya,memukul2 pipi dan dada, merobek2 baju2nya sambil menyebut nyebut kebesaran almarhum spt "engkau pelindungku, engkau pelayanku, dimana aku bisa bergantung bila engkau tiada...". Kebiasaan ini biasa dilakukan terutama oleh para wanita.

Rasulullah sangat membenci perbuatan tsb, seakan2 Allah bukan lah pelindung manusia. Seperti dlm suatu hadist bukhari "Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, mengoyak-goyak baju dan berteriak-teriak seperti memanggilnya orang Jahiliyah".
Lalu Rasulullah melarang orang menangis mayat sambil meratap2 tsb
“Apabila ada seseorang yang meninggal, kemudian ada orang yang menangisinya mengatakan: Waa jabalah! Waa sayyidah! (Duhai pujaanku ! Duhai kemuliaanku!) atau sebagainya, nescaya ada dua malaikat yang ditugaskan kepada mayat itu, menusuk-nusuk badan mayat tersebut dengan mengatakan: “Apakah benar engkau adalah gunung? Apakah benar engkau adalah yang mulia?” ( At-Tirmizi)
Dan dalam hadis yang lain, Rasul bersabda : “Sesungguhnya mayat itu disiksa dengan sebab tangisan (ratapan) ahli keluarga ke atasnya”. (Al-Bukhari)

Namun hadist diatas tidaklah berlaku mutlak bahwa setiap tangisan anggota keluarga akan berakibat si mayyit akan disiksa. Hal ini berdasar ayat al qur'an al an'am 164 "Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain" . Dengan demikian tidak dapat seseorang memikul dosa orang lain. Hal inipun masih dalam perbedaan pendapat para ulama
.
wallahu 'alam bissawab.